Dalam ayat 2-4 Surat al-Baqoroh, Allah
menyebutkan tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa:
Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tidak ada
keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang
beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian
rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab
(Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.”
Kalau dikaitkan dengan pengertian taqwa dari
ayat tersebut, maka ciri-ciri orang bertaqwa sebagai essensi berpuasa menurut
al-Quran adalah sebagai berikut:
Pertama,
ciri orang bertaqwa adalah orang yang beriman kepada yang ghaib.
Nampaknya Allah memang mendesain puasa sebagai sarana latihan agar orang-orang
yang beriman bertambah kepercayaannya kepada yang ghaib. Dan pusat keghaiban
adalah Allah itu sendiri. Dengan keimanan kepada adanya Dzat yang ghaib yang
Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Memperhatikan segala gerak-gerik manusia,
seseorang secara tidak langsung dilatih untuk selalu berbuat baik. Ketika
berpuasa, setiap orang beriman sedang di latih untuk menghadirkan yang ghaib
“Tuhan” dalam segala ruang dan waktu. Bukankah seseorang yang sedang berpuasa
tatkala menyendiri di ruangan kantor, kamar yang terkunci atau tempat lain yang
tidak dilihat orang bisa saja makan, minum dan berpura-pura bahwa dia sedang
berpuasa ketika dihadapan orang banyak. Dengan adanya kesadaran kehadiran yang
ghaib atau Allah dalam diri orang yang berpuasa, kecenderungan untuk berbuat
curang atau berbohong akan terhindarkan, dan semangat untuk selalu berbuat yang
terbaik akan tumbuh karena ada kontrol sosial yang melekat dalam dirinya.
Kedua,
orang yang bertaqwa adalah orang yang selalu mendirikan shalat. Karakter
taqwa ini pun dalam bulan puasa sedang digembleng oleh Allah. Di bulan puasa
umat Islam bukan hanya dilatih untuk menjalankan shalat yang sipatnya wajib,
bahkan shalat yang sunnah seperti shalat malam (tarawih) sangat
dianjurkan di bulan ini. Harapannya, setelah puasa, fungsi shalat sebagai
pencegah dari perbuatan keji dan munkar bisa direalisasikan dalam kehidupan
sehari-hari diluar ramadhan.
Karakteristik ketiga disebut orang
bertaqwa adalah orang yang menafkahkan sebagian rizkinya. Di bulan
ramadhan ini, anjuran untuk zakat, infaq dan shadaqah betul-betul ditekankah.
Dengan menggandakan pahala yang berlipat-lipat, Allah sedang melatih keshalihan
sosial seorang Muslim di bulan ramadhan. Dengan harapan kesadaran sosial
menafkahkan harta untuk membantu fakir miskin terus dijalankan oleh orang Islam
diluar ramadhan.
Keempat,
disebut orang bertaqwa kalau seseorang mempercayai bahwa Allah telah
menurunkan kitab suci kepada Muhammad (Al-Quran) dan kitab-kitab yang turun
sebelum Rasul terakhir itu. Nampaknya Allah ingin melatih orang Islam di bulan
ramadhan agar sadar akan adanya tuntunan hidup menuju kebahagiaan dunia dan
akhirat, yaitu Al-Quran. Membaca dan mempelajari al Quran sangat ditekankan di
bulan ini. Kepercayaan akan adanya kitab sebelum rasul Muhammad, juga merupakan
kepercayaan kepada yang ghaib.
Kelima,
ciri orang bertaqwa yang disebut Al Quran adalah orang-orang yang
mempercayai akan adanya hari akhirat. Ini berarti semakin menegaskan
karakter pertama orang disebut taqwa yaitu percaya kepada yang ghaib. Bukankah
kepercayaan adanya hari akhirat dan hari pembalasan juga termasuk kepercayaan
kepada yang ghaib. Dengan keyakinan akan adanya hari akhirat, setiap Muslim
diharapkan mempunyai semangat hidup yang optimis untuk selalu berbuat baik,
dengan harapan memperoleh pula kebaikan ketika hidup kembali setelah kematian.
Lantas apakah hubungan antara puasa dengan
ketaqwaan? Syaikh Abdurrahman bin Nashir
As Sa’di rahimahullah dalam
tafsirnya mengatakan, tentang keterkaitan antara puasa dengan ketaqwaan: “Puasa
itu salah satu sebab terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa
telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu,
keterkaitan yang lebih luas lagi antara puasa dan ketaqwaan:
- Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa’
- Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia mampu untuk makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya karena sadar bahwa Allah mengawasinya
- Puasa itu mempersempit gerak setan dalam aliran darah manusia, sehingga pengaruh setan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangi
- Puasa itu secara umum dapat memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini merupakan tabiat orang yang bertaqwa
- Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat orang yang bertaqwa.
Oleh karena itu, marilah kita di bulan
Ramadhan ini berusaha untuk menggapai ketaqwaan kepada Allah. Karena hanya
dengan puasa saja tanpa ada usaha kita menuju ke ketaqwaan juga tidak akan
bisa. misalnya kita hanya rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan saja. Setelah
keluar bulan Ramadhan ibadah kita kembali seperti semula atau bolong-bolong.
Semoga puasa kita dapat menjadi saksi dihadapan Allah tentang keimanan kita kepada-Nya. Dan semoga puasa kita mengantarkan kita menuju derajat taqwa, menjadi hamba yang mulia di sisi Allah Ta’ala.amin amin ya Robbal alamiin.
Wassalam.
Semoga puasa kita dapat menjadi saksi dihadapan Allah tentang keimanan kita kepada-Nya. Dan semoga puasa kita mengantarkan kita menuju derajat taqwa, menjadi hamba yang mulia di sisi Allah Ta’ala.amin amin ya Robbal alamiin.
Wassalam.
0 komentar:
Posting Komentar