Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda, mewasiatkan kepada salah seorangsahabatnya yang bernama Mu’adz bin Jabal untuk bertakwa kepada Allah
ا “Bertaqwalahkepada Allah dimanapun engkau berada, dan iringilah perbuatan dosa dengan amal
kebajikan, niscaya kebajikan tersebut akan menutupinya. Serta bergaulah dengan
orang lain dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad Tirmidzi,
ia berkata: ‘hadits ini hasan shahih’)
Hadis
ini menjelaskan tentang tiga permasalahan penting, yang mencakup bagaimana
manusia beradab terhadap Tuhan mereka dan berbuat baik antar sesama.Takwa dalam
arti yang sebenarnya melaksanakan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi
larangan-larangannya. Atau ada juga yang mengartikan takwa dengan
Seseorang
membuat pembatas antara dirinya dengan adzab Allah.
Jadi
seseorang membuat batasan yang menjaga dirinya dari adzab Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Pembatas tersebut adalah melakukan amalan-amalan ketaatan yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala yang dilarang oleh
keduanya.
menaati
Allah berdasarkan cahaya petunjuk dari Allah (Alquran dan hadis) disertai
dengan perasaan berharap pahala dari Allah. Kemudian engkau menjauhi
larangan-larangan Allah berdasarkan petunjuk dari Allah disertai rasa takut
akan adzab Allah.
Inilah
pengertian takwa yang paling baik. Seseorang yang bertakwa ia harus mengetahui
mana yang Allah perintahkan agar dia amalkan dan juga mengetahui apa yang Allah
larang agar ia bisa menjauhinya.
ImamIbnu Katsir meriwayatkan sebuah kisah mengenai perihal Amirul Mukminin Umar bin
Khatthab yang bertanya kepada Ubay bin Ka’ab. Umar bertanya tentang pengertian
takwa.
Umar:
bertanya Wahai Ubay, apa yang dimaksud dengan takwa?
Ubay:
menjawab, Pernahkah Anda melalui suatu jalan yang terdapat duri di jalanan
tersebut?
Umar:
pun memjawab, Pernah
Ubay:
bertanya lgi, Lalu apa yang Anda lakukan?
Umar:pun
menjawab Aku singkapkan sarungku atau
pakaianku, kemudian aku berhati-hati melewati jalan tersebut (agar tidak
terinjak duri).
Ubay:
berkata, Itulah takwa.
Ubay
bin Ka’ab mengungkapkan pengertian takwa dengan memisalkannya dengan analogi
yang sangat mudah dipahami. Seseorang yang melewati jalan yang berduri tentu
saja ia akan berhati-hati melewati jalan tersebut. Umar meresponnya dengan
mengatakan ia angkat pakaiannya –karena pakaian orang Arab adalah gamis, bagian
bawahnya seperti sarung berbeda dengan celana panjang-. Ia angkat pakaiannya
agar ia mengetahui dimana saja posisi duri-duri yang bisa mencelakakannya.
Kalau kita realisasikan permisalan ini dengan kehidupan kita sehari-hari. Takwa
adalah mengetahui hal-hal yang bisa mencelakakan kita atau membahayakan
kehidupan kita di akhirat kelak, setelah kita tahu lalu kita jauhi hal-hal
tersebut. Inilah takwa.
- Jauhilah
dosa-dosa, yang kecil maupun yang besar.
- Berbuatlah seperti orang
yang melangkah di jalanan yang dipenuhi duri, ia mengawasi langkahnya dan
berhati-hati.
-
Jangan remehkan sesuatu yang kecil, karena gunung pun dari kerikil.
Inilah
hakikat ketakwaan menjauhi segala sesuatu yang dilarang oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Kaum
muslimin rahimani wa rahimakumullah
Takwa
adalah sesuatu yang sangat esensi dalam akidah Islam. Allah Subhanahu
wa Ta’ala memandang kemuliaan seseorang bergantung dengan ketakwaan
yang tertancap di dadanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
masih meminta kepada Allah agar Dia menambahkan ketakwaan untuk dirinya.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengucapkan doa
اللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى
“Ya
Allah, aku memohon ketakwaan dan petunjuk kepada-Mu.”
Apabila
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja senantiasa meminta
kepada Allah agar menambahkan ketakwaan kepada dirinya, maka kita sebagai
umatnya lebih layak lagi untuk memohon kepada Allah agar menambahkan ketakwaan
kepada diri kita.
Kemudian
di wasiat yang kedua beliau bersabda,
وَأَتْبِعْ السَيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا
“Iringilah
perbuatan dosa dengan amal kebajikan, niscaya kebajikan tersebut akan
menutupinya.”
Demikianlah 3
wasiat singkat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
tiga wasiat singkat namun mencakup segala hal, mencakup permasalahan bagaimana
hendaknya seseorang mengarungi kehidupan mereka di dunia untuk menjemput
kehidupan yang bahagia di akhirat kelak. Mudah-mudahan Allah Subhanahu
wa Ta’ala menambahkan ketakwaan kepada kita sehingga kita dengan
ringan menjalankan kewajiban-kewajiban kita dan enteng untuk meninggalkan
segala yang Dia larang. Dan semoga Allah membimbing kita agar menjadi
pribadi-pribadi yang berakhlak mulia. Amin ya Rabbal ‘alamin.
Wassalam